Tidak pernah terlintas jika sebuah ukhuwah perlahan mulai
terkikis. Ukhuwah yang seharusnya semakin hari semakin kuat. Pertanyaan yang
selalu ku tanyakan, “Apakah perbedaan itu bisa mengikis rasa?” Belum bisa
percaya, dan aku tak ingin mempercayai ini. Sungguh, aku berharap ini tak
pernah terjadi.
Sahabat, aku tetap menganggapmu sahabat, walau hati itu
tak lagi untukku. Aku tahu, perbedaan ini membuat canggung kepadaku, membuat
tak nyaman di dekatku, membuat menjauh dari ku, berlari dan terus berlari
meninggalkanku yang masih berharap untuk tetap di sini. Masih tak percaya
ketika tak membalas messageku, tak membalas inbokku, selalu menolak ajakanku,
entah itu kajian, atau sekedar bertemu. Tanpa ada penjelasan.
Sepenggal kisah Sahabat, untuk awal yang sulit, namun
hari berlalu aku mulai memahami, aku mulai mengerti kesibukkannya, berharap Dia
akan menanyakan bagaimana keadaanku. Nihil, dan dia tak bertanya sedikit pun
tentang bagaimana aku sekarang, yang ketika saat itu aku down karena kegagalan melanjutkan
studi-ku.
Dan akhirnya kupaksakan bercerita dengan harapan dia akan mengomentari ceritaku. Sayang, dia begitu dingin. Jawaban yang dia beri terlalu dingin untuk ku sentuh. Dan ku biarkan dia membeku dengan keegoisannya. Ternyata aku salah membiarkannya dalam kebekuan membuatnya semakin jauh dari ku. Aku begitu tertampar ketika ku baca hadis
Dan akhirnya kupaksakan bercerita dengan harapan dia akan mengomentari ceritaku. Sayang, dia begitu dingin. Jawaban yang dia beri terlalu dingin untuk ku sentuh. Dan ku biarkan dia membeku dengan keegoisannya. Ternyata aku salah membiarkannya dalam kebekuan membuatnya semakin jauh dari ku. Aku begitu tertampar ketika ku baca hadis
“Tidak
halal seorang muslim memutuskan hubungan dengan saudaranya (sesama muslim)
lebih dari tiga hari, barang siapa memutuskan lebih dari tiga hari dan
meninggal maka ia masuk neraka” (HR Abu Dawud, 5/215, Shahihul Jami’ :
7635)
dan, aku tak ingin ukhuwah berakhir, aku mulai mendekatinya kembali,
berharap agar Allah mendekatkan kita kembali, Allah mendengarkan doaku. Akhirnya
aku dapat bertemu dengannya, namun rasa kecewa itu kembali datang menghantuiku,
betapa tidak, sikap yang ku kenal darinya berubah. Sangat berubah. Dia membuatku
bingung, bagaimana aku menghadapinya. Akhirnya aku serahkan semua sama Allah. Aku
yakin Allah akan memberi yang terbaik untukku.
Benar, di hari yang saat
itu aku mengajaknya untuk kajian, aku menemukan jawaban atas sikapnya selama
ini. Karena ternyata aku dan dia tak lagi sejalan, sungguh aku tak pernah
mempermasalahkan perbedaan ini. Bagiku semua sama, jalan yang ku ambil atau dia
ambil. Namun kenapa ini menjadi sebuah masalah untuknya. Apakah lantas
perbedaan harus memutuskan ukhuwah kita? Tidak. Jangan pernah.
Ya Allah, Tiada Tuhan
kecuali Engkau, eratkanlah ukhuwah ini kembali, karena sesungguhnya ukhuwah ini
hanya karena –Mu. Namun jika kau berkata lain, ikhlaskanlah hati ini atas Keputusan-Mu.
Sahabat, Sungguh, ‘’Perbedaan
Bukanlah Masalah”
ingatkah qt akan sabda Rasulullah saw dr Abu Hurairah ra.yg dikeluarkan oleh Muslim berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Demi Alloh, kalian tdk akan masuk surga hgg kalian beriman. belum sempurna keimanan kalian hgg kalian slg mencintai. apkh tdk perlu aku tunjukkan pada suatu perkara, jika kalian melakukannya maka niscaya kalian akan saling mencintai? sebarkanlah salam diantara kalian!.
ReplyDeletenah,,seandainya dia msh ada keimanan krn-NYA, shrsny dia takut akan hadist ini jk tdk mjwb salam dr saudaranya. tdk hny ucapan lisan salam, namun diikuti dg segenap jiwa raga akbt hati yg bahagia menyambut kasih sayang dr saudaranya.
krn siapa dia mencintai?apkh bgtu sempitnya dlm "kotak wilayahnya"??? hgg mengungguli hadist dr Anas bin Malik ra. Rasulullah saw bersabda:
"Siapapun tdk akan merasakan manisnya iman, hgg ia mencintai seseorg tdk krn yg lain kecuali krn Alloh semata".
Semoga dia bs pula merenungkan hadist dr Umar bin al-Khathab ra.ini, driwayatkan oleh Ibnu Abdil Bar dlm at-Tahmid, Rasulullah saw bersabda:
"Alloh mpy hamba2 yg bkn nabi dan bukan syuhada, tp para nabi dan syuhada tertarik oleh kedudukan mereka di sisi Alloh. Para shahabat berkata, "Wahai Rasulullah, siapakah mereka dan bgaimana amal mereka? Semoga saja kami bisa mencintai mereka."Rasulullah saw bersabda,"Mereka adlh suatu kaum yg slg mencintai dg karunia dari Alloh. Mereka tdk mpy hubungan nasab dan tdk memiliki harta yg mereka kelola bersama. Demi Alloh keberadaan mereka adlh cahaya dan mereka kelak akan ada di atas mimbar-mimbar dari cahaya.mereka tdk merasa takut ketika byk manusia merasa takut. Mereka tdk bersedih ktk byk manusia bersedih."Kemudian Rasulullah saw membacakan firman Alloh,"Ingatlah,sesungguhnya wali-wali Alloh itu, tdk ada kekhawatiran thdp mereka dan tidak pula mereka bersedih hati (T.Q.S. Yunus [10]:62).
Semoga Alloh swt membukakan pintu RahmatNYA dan Kasih sayangNYA kepada kalian semua, hgg bs berkumpul krnNYA, entah wkt trbaik kpn mnrt ukuranNYA... jgnlah berhenti mendo'akannya... krn hny do'a yg bs mengubah qodhoNYA.
Aaamiin, ya Allah. :)
ReplyDelete