Masih tentang Ibu, sepertinya tak akan pernah
habis membicarakan kasih sayang Beliau. Terlebih ketika aku jauh darinya, selalu
ada kerinduan pada setiap kelembutan kasihnya. Benar, seminggu tak melihatnya
saja gemuruh rindu ini terus saja meledak ledak.
Tinggal jauh dari keluarga, membuat rindu itu
menjadi semakin manis, karena Allah selalu menyelipkan perasaan kami, menjaga
rasa kami. Belum pernah sebelumnya terbayangkan ketika aku harus jauh dari
rumah, terutama Ibu. Ya, saat ini aku berada di kota, meninggalkan desa kecilku
untuk mencari cahaya dalam gelapnya peradaban, sebut saja ilmu.
Pulang ke rumah adalah hal yang selalu dinanti
dalam satu pekan, karena aku akan meluapkan rindu, mengalirkan bahagia yang tak
pernah terkata. Namun kadang sedih itu hadir saat pulang, karena Ibu selalu
sibuk menyiapkan apa yang ingin dibawakan untukku. Betapa sayangnya Beliau
padaku, bahkan disaat kondisi itu sedang sulit. Dengan bagaimanapun caranya
tetap Ibu akan membawakan sesuatu untuk ku bawa ke kota. Padahal bukan itu yang
aku inginkan ketika pulang, cukup bertemu denganmu, Ibu. Melegakan dahaga di
hati. Hingga suatu ketika perhatian yang terlalu berlebih ketika aku pulang
membawa kecemburuan, maaf untuk kakakku yang merasa diacuhkan, sungguh aku tak
bermaksud merebut perhatian Ibu padamu. Bukankah kau bisa mendapatkan semua perhatian
itu ketika aku tak di rumah? Aku tahu, mungkin kau hanya bercanda ketika bilang
itu, tapi aku juga bisa merasakannya. Namun Kak, Ibu selalu berlaku adil
terhadap kita. Dulu ketika kau tak di rumah juga demikian kan?
Masih ingat Kak? Ketika kita pulang dari tempat
dimana kau bekerja? Waktu itu pukul 20.30, Ibu telah menunggu kita, menanti
kita pulang. Karena Ibu ada jadwal Kajian Ibu menuliskan pesan. Pesan Ibu yang
tergeletak di meja itu tertulis untukmu, bukan untukku. “Nanti kalau makan
pakai ikan, Mur” bukankah itu juga bukti bahwa kita diperlakukan adil oleh Ibu.
Dan itu adalah sesuatu yang manis dan membahagiakan.
Ibu, andai kau bisa
membaca tulisanku ini, entah perasaan apa yang ada di hatimu. Yang jelas aku
sayang Ibu. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan untukmu. Oh iya, aku
selalu bahagia ketika Ibu mengantarkanku di depan pintu menungguku hingga menghilang
menuju ke kota.
Allah, jagalah rasa cinta
diantara kami, hingga suatu saat aku yang akan menggantikan seluruh perhatianku
untuk Ibu. Selalu pupuk cinta ini, semua karena-Mu. Untuk mendapatkan ridho-Mu.
No comments:
Post a Comment