Tuesday, 18 February 2014

Ibu, Aku Mencintaimu Karena Allah



Masih tentang Ibu, sepertinya tak akan pernah habis membicarakan kasih sayang Beliau. Terlebih ketika aku jauh darinya, selalu ada kerinduan pada setiap kelembutan kasihnya. Benar, seminggu tak melihatnya saja gemuruh rindu ini terus saja meledak ledak.
Tinggal jauh dari keluarga, membuat rindu itu menjadi semakin manis, karena Allah selalu menyelipkan perasaan kami, menjaga rasa kami. Belum pernah sebelumnya terbayangkan ketika aku harus jauh dari rumah, terutama Ibu. Ya, saat ini aku berada di kota, meninggalkan desa kecilku untuk mencari cahaya dalam gelapnya peradaban, sebut saja ilmu.
Pulang ke rumah adalah hal yang selalu dinanti dalam satu pekan, karena aku akan meluapkan rindu, mengalirkan bahagia yang tak pernah terkata. Namun kadang sedih itu hadir saat pulang, karena Ibu selalu sibuk menyiapkan apa yang ingin dibawakan untukku. Betapa sayangnya Beliau padaku, bahkan disaat kondisi itu sedang sulit. Dengan bagaimanapun caranya tetap Ibu akan membawakan sesuatu untuk ku bawa ke kota. Padahal bukan itu yang aku inginkan ketika pulang, cukup bertemu denganmu, Ibu. Melegakan dahaga di hati. Hingga suatu ketika perhatian yang terlalu berlebih ketika aku pulang membawa kecemburuan, maaf untuk kakakku yang merasa diacuhkan, sungguh aku tak bermaksud merebut perhatian Ibu padamu. Bukankah kau bisa mendapatkan semua perhatian itu ketika aku tak di rumah? Aku tahu, mungkin kau hanya bercanda ketika bilang itu, tapi aku juga bisa merasakannya. Namun Kak, Ibu selalu berlaku adil terhadap kita. Dulu ketika kau tak di rumah juga demikian kan?
Masih ingat Kak? Ketika kita pulang dari tempat dimana kau bekerja? Waktu itu pukul 20.30, Ibu telah menunggu kita, menanti kita pulang. Karena Ibu ada jadwal Kajian Ibu menuliskan pesan. Pesan Ibu yang tergeletak di meja itu tertulis untukmu, bukan untukku. “Nanti kalau makan pakai ikan, Mur” bukankah itu juga bukti bahwa kita diperlakukan adil oleh Ibu. Dan itu adalah sesuatu yang manis dan membahagiakan.
            Ibu, andai kau bisa membaca tulisanku ini, entah perasaan apa yang ada di hatimu. Yang jelas aku sayang Ibu. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan untukmu. Oh iya, aku selalu bahagia ketika Ibu mengantarkanku di depan pintu menungguku hingga menghilang menuju ke kota.
            Allah, jagalah rasa cinta diantara kami, hingga suatu saat aku yang akan menggantikan seluruh perhatianku untuk Ibu. Selalu pupuk cinta ini, semua karena-Mu. Untuk mendapatkan ridho-Mu.